Retail Indonesia Fenomena Asia

Masyarakat internasional paham bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun belakang ini sangat mengesankan. Kelas menengan berkembang pesat, stabilitas cukup terjaga, dan yang tidak boleh dilupakan Indonesia melompat sebagai Negara demokrasi dengan dua pemilu presiden yang berlangsung aman.

Pakar marketing kelas dunia Philip Kotler mengatakan bahwa ada lima Negara yang termasuk kategori emerging countries. Empat Negara lain adalah Brazil, Rusia, India dan China (BRIC). Seharusnya istilah BRIC diganti menjadi BRICI, dengan kata terakhir merujuk pada Indonesia.

Kabar gembira tersebut, jelas sangat berpengaruh pada dunia ritel yang juga mengalami perkembangan yang tak kalah seksi. Bisnis ritel di Indonesia beberapa tahun terakhir telah menjadi fenomena di Asia, khususnya di antara Negara berkembang. Indonesia bahkan menempati peringkat tiga pasar ritel terbaik di Asia. Berdasarkan catatan konsultan manajemen dunia, AT Kearney, yang mengeluarkan laporan pertumbuhan industry ritel terbaik di sejumlah Negara di dunia, Indonesia masuk ke dalam Negara dengan ritel yang baik.

Dalam laporan berjudul Global Retail Development Index (GRDI) 2011 ini menilai, kondisi industri ritel di 30 negara berkembang di dunia dan memeringkatkan mereka berdasarkan sejumlah factor di antaranya risiko usaha, populasi penduduk, serta kekayaan yang dikaitkan dengan kondisi industri ritel terkini.

Dengan pertumbuhan pengeluaran belanja konsumen di sejumlah Negara berkembang yang sedang dalam masa puncaknya, industri ritel tidak memiliki pilihan lain selain berekspansi bisnis ke sejumlah pasar baru. Langkah itu diperkosa agar perusahaan masih bias berkompetisi.

GRDI menilai pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia akan tetap cerah dengan pertumbuhan permintaan domestic dan ekspor yang tinggi, penjualan ritel yang stabil dan membaiknya kepercayaan konsumen. GRDI memperkirakan bahan pangan merupakan sector bisnis yang sangat penting bagi kawasan ini, bahkan bias mencapai dua pertiga dari penjualan ritel.

Dalam laporan tersebut, pertumbuhan ritel Indonesia tercepat ketiga setelah Cina dan India. Negeri ini, disebut pertumbuhan dengan underlying yang kuat. Indonesia harus bersyukur dengan underlying ekonominya yang sangat kuat berupa populasi penduduk yang mencapai 235,5 juta jiwa. Pendapatan per kapita penduduk Indonesia juga terus naik dengan pertumbuhan infrasruktur industri ritel yang terus meningkat akan menunjang penjualan ritel bahan pangan. Sektor ritel lain yang bakal tumbuh adalah elektronikan yang dipimpin oleh produk computer, dan diperkirakan tumbuh 13 persen dalam lima tahun mendatang.

Peluang pertumbuhan itu makin menjanjikan bila dilihat dari rasio ritel dan populasi penduduk. Hingga kini rasio populasi ritel di Indonesia dibandingkan dengan jumlah penduduk termasuk yang paling rendah di Asia Pasifik. Di Indonesia satu juta penduduk baru dilayani oleh 50 peritel termasuk supermarket, hypermarket dan minimarket.

Bandingkan dengan Taiwan, di mana setiap penduduk dilayani oleh 400 ritel modern. Jika dilihat secara total nasional rata-rata populasi ritel modern di Jawa masih yang terpadat dibandingkan wilayah lain. Ini semua merupakan peluang yang harus terus digarap, sehingga rasio ritel dan populasi akan menemukan titik keseimbangannya.

Inilah saatnya untuk optimis, membuka diri, dan tak berhenti untuk terus mengembangkan sayap. Penduduk yang besar bukan lagi menjadi beban, tapi harus jadi peluang. Dorongan ini akan memberikan sumbangan terhadap ekonomi di masa depan.  Sumber : Retail Indonesia

Masyarakat internasional paham bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun belakang ini sangat mengesankan. Kelas menengan berkembang pesat, stabilitas cukup terjaga, dan yang tidak boleh dilupakan Indonesia melompat sebagai Negara demokrasi dengan dua pemilu presiden yang berlangsung aman.

Pakar marketing kelas dunia Philip Kotler mengatakan bahwa ada lima Negara yang termasuk kategori emerging countries. Empat Negara lain adalah Brazil, Rusia, India dan China (BRIC). Seharusnya istilah BRIC diganti menjadi BRICI, dengan kata terakhir merujuk pada Indonesia.

Kabar gembira tersebut, jelas sangat berpengaruh pada dunia ritel yang juga mengalami perkembangan yang tak kalah seksi. Bisnis ritel di Indonesia beberapa tahun terakhir telah menjadi fenomena di Asia, khususnya di antara Negara berkembang. Indonesia bahkan menempati peringkat tiga pasar ritel terbaik di Asia. Berdasarkan catatan konsultan manajemen dunia, AT Kearney, yang mengeluarkan laporan pertumbuhan industry ritel terbaik di sejumlah Negara di dunia, Indonesia masuk ke dalam Negara dengan ritel yang baik.

Dalam laporan berjudul Global Retail Development Index (GRDI) 2011 ini menilai, kondisi industri ritel di 30 negara berkembang di dunia dan memeringkatkan mereka berdasarkan sejumlah factor di antaranya risiko usaha, populasi penduduk, serta kekayaan yang dikaitkan dengan kondisi industri ritel terkini.

Dengan pertumbuhan pengeluaran belanja konsumen di sejumlah Negara berkembang yang sedang dalam masa puncaknya, industri ritel tidak memiliki pilihan lain selain berekspansi bisnis ke sejumlah pasar baru. Langkah itu diperkosa agar perusahaan masih bias berkompetisi.

GRDI menilai pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia akan tetap cerah dengan pertumbuhan permintaan domestic dan ekspor yang tinggi, penjualan ritel yang stabil dan membaiknya kepercayaan konsumen. GRDI memperkirakan bahan pangan merupakan sector bisnis yang sangat penting bagi kawasan ini, bahkan bias mencapai dua pertiga dari penjualan ritel.

Dalam laporan tersebut, pertumbuhan ritel Indonesia tercepat ketiga setelah Cina dan India. Negeri ini, disebut pertumbuhan dengan underlying yang kuat. Indonesia harus bersyukur dengan underlying ekonominya yang sangat kuat berupa populasi penduduk yang mencapai 235,5 juta jiwa. Pendapatan per kapita penduduk Indonesia juga terus naik dengan pertumbuhan infrasruktur industri ritel yang terus meningkat akan menunjang penjualan ritel bahan pangan. Sektor ritel lain yang bakal tumbuh adalah elektronikan yang dipimpin oleh produk computer, dan diperkirakan tumbuh 13 persen dalam lima tahun mendatang.

Peluang pertumbuhan itu makin menjanjikan bila dilihat dari rasio ritel dan populasi penduduk. Hingga kini rasio populasi ritel di Indonesia dibandingkan dengan jumlah penduduk termasuk yang paling rendah di Asia Pasifik. Di Indonesia satu juta penduduk baru dilayani oleh 50 peritel termasuk supermarket, hypermarket dan minimarket.

Bandingkan dengan Taiwan, di mana setiap penduduk dilayani oleh 400 ritel modern. Jika dilihat secara total nasional rata-rata populasi ritel modern di Jawa masih yang terpadat dibandingkan wilayah lain. Ini semua merupakan peluang yang harus terus digarap, sehingga rasio ritel dan populasi akan menemukan titik keseimbangannya.

Inilah saatnya untuk optimis, membuka diri, dan tak berhenti untuk terus mengembangkan sayap. Penduduk yang besar bukan lagi menjadi beban, tapi harus jadi peluang. Dorongan ini akan memberikan sumbangan terhadap ekonomi di masa depan.  Sumber : Retail Indonesia

This entry was posted in Artikel. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *