Melawan Mata Rantai

Melawan mata Rantai – Jasa Konsultan Retail hubungi 081327649999

Beberapa bulan sebelum Wal Mart resmi membuka gerainya, Doug mulai melakukan penelitian ke beberapa daerah dan melihat bagaimana peng-usaha lokal bisa hidup dibawah bayang-bayang jaringan mata rantai Wal Mart yang raksasa itu. Dan segera saja setelah pengamatannya selesai, Doug melakukan banyak pembenahan pada usaha retailnya.
Meng”amini” apa yang pernah diprediksi oleh futurology John Naisbitt dalam bukunya Global Paradox, sebuah teori korporasi yang menyatakan bahwa setiap perusahan besar nantinya akan menjadi raksasa dengan cara memcah unit bisninsnya menjadi kecil dan terbesar dibanyak titi [mata rantai], itu pula yang dinilai akan terjadi pada peta persaingan bisnis retail modern saat ini. Banyak praktisi yang menilai bahwa hanya store yang formatnya kecil atau hypermart yang formatnya besar akan jadi pemenang dan sanggup meraih pasar. Kelas supermarket yang selama ini menjadi wakil dari modern store justru kian jenuh dan mulai di tinggalkan konsumen. Dan faktanya kemudian secara empiris terbukti ketika Nielsen merilis surveynya yang menyatakan bahwa pertumbuhan terbesar yang terjadi pada sector modern retail pada tahun 2010 lalu adalah minimart yang jumlahnya berkembang sebesar 42% tepatnya 19,622 toko, sementara dikelas hypermart tumbuh 23% menjadi 154 toko. Sementara supermarket menurun 6%. Yang menarik justru pertumbuhan retail kosmetik yang mencapai 17% bahkan mengalahkan semi retail [wholesale] yang bertumbuh hanya 5%.
Perkembangan minimarket yang fantastis tersebut tidak dapat dipungkiri dipelopori oleh perusahaan waralaba yang menjadi trigger berkembangnya retail modern, hal ini pun menjadi dilemma tersendiri yang berujung konflik dibeberapa daerah. Sebagian pihak menyebut kehadiran minimart modern secara massif berpotensi mematikan warung-warung kecil tradisional, namun disisi lain tidak sedikit pula mereka yang menilai bahwa hal ini adalah dampak dari pasar bebas yang telah disetujui pemerintah dan berlaku saat ini, maka tidak ada alasan ut=ntuk melarang toko minimart modern tersebut berkembang. Tanpa maksud memihak, namun inilah gambaran kedepan dari perkembangan usaha retail, kebutuhan berbelanja baru yang bisa dipenuhi oleh modern store yang nyaman, itu sebabnya toko dan warung tradisional harus ikut menyadari hal tersebut dan berbenah untuk bisa memenuhi kebutuhan pelanggan.
Sumber : M&I
Bali Retail Business Community

Kehadiran modern ritel akhirnya menjadikan persaingan kian ketat, disinilah muncul tuntutan bagi para owener ritel berkonsep tradisional untuk melakukan perubahn, beradaptasi dan meng-upgrade dirinya untuk adaptif pada pembaharuan. Tanpa upaya itu, maka peluang terhimpit sangat besar. Menyadari hal ini, maka sekelompok pebisnis retail menggelar Workshop Retail Management, acara yang diselenggarakan di Hotel Nikki tersebut membludak dan menunjukan bahwa bisnis Retail menjadi priamadona baru bagi kalangan pengusaha dan merupakan indikator bahwa kesadaran akan tuntutan perubahan memang sudah dirasakan oleh pebisnis ritel tradisional di Bali.
Pembicaranya di datangkan dari professional Retail Consulting, Bapak Iswarin [ex GM Circle K], materi utamanya adalah transisi menjadi modern, mulai dari desain toko, teknik selling dan promosi dan berbagai konsep menarik lainnya. Pada kesempatan yang sama, dibagikan buku Rockin Your Business sebagai referensi tambahan kepada peserta. Dan tidak berhenti sampai disitu, menyadari persaingan yang dihadapi adalah ritel waralaba yang memiliki banyak keunggulan, maka para peritel non-waralaba inipun pada tanggal 30 January 2011 lalu membentuk paguyuban bernama Bali Retail Business Comumnity. Komunitas ini menyadari keunggulan kompetitif ritel waralaba sangat tinggi, mulai dari jaringan nya yang besar sehingga mampu membeli produk dengan jumlah yang banyak dan mendapatkan konsesi harga yang lebih murah [sehingga profit margin mereka lebih besar] hingga pelayanan dan insfrastuktur yang lebih modern dan berbagi keunggulan lainnya.
Karenanya salah satu agenda komunitas Bali retail business ini pun menuju kea rah tersebut, mulai dari pertemuan rutin dan menyusun perencanaan hingga order produk melalui ide pembentukan gedung bersama [sehingga bias mendapatkan konsesi harga yang lebih murah], upgrade service menuju excellent, design toko dan pengetahuan serta teknik franchising dan berbagai keunggulan lainnya untuk tetap kompetitif didalam persaingan. (Sumber Money & I edisi Okt 2011)

This entry was posted in Berita. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *